Selasa, 24 April 2012

Pengelolaan Perpustakaan


TUGAS
PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN

BAB I
KONSEP DASAR PERPUSTAKAAN

A. Pengertian Perpustakaan
Banyak batasan atau pengertian tentang perpustakaan yang disampaikan oleh para pakar di bidang perpustakaan. Anda dapat mempelajari beberapa pengertian perpustakaan seperti di bawah ini :
1. Perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti buku. Setelah mendapat awalan per dan akhiran an menjadi perpustakaan, yang berarti kitab, kitab primbon/kumpulan buku-buku, yang kemudian disebut koleksi bahan pustaka. (Sutarno NS, 2006:11)
2. Secara umum, perpustakaan mempunyai arti sebagai tempat yang di dalamnya terdapat kegiatan penghimpunan, pengolahan, dan penyebarluasan (pelayanan) segala macam informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, suart kabar, film, kaset, tape reco
3. Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan berupa buku yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informs oleh setiap pemakainya. (Ibrahim Bafadal, 2005:3)
4. Menurut kamus “ The Oxford English Dictionary”,kata “library” atau perpustakaan mulai digunakan dalam bahasa Inggris tahun 1374, yang berarti sebagai “ suatu tempat buku-buku diatur untuk dibaca, dipelajari atau dipakai sebagai bahan rujukan”.
5. Pengertian perpustakaan ini pada abad ke-19 berkembang menjadi “ suatu gedung,ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yanng dipelihara dengan baik,dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu.
6. Dalam perkembangannya lebih lanjut, pengertian perpustakaan memperoleh penghargaan yang tinggi, bukan sekadar suatu gedung yang berisi koleksi buku yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
7. Pada tahun 1970, The American Library Association menggunakan istilah perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu termasuk pengertian “ pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumenstasi dan pusat rujukan “.
8. Dalam pengertiannya yang mutakhir, seperti yang tercantum dalam Keputusan Presiden RI nomor 11, disebutkan bahwa “ perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
B. Jenis-Jenis Perpustakaan
1) Dalam lampiran keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tertanggal 11 Maret No. 0103/0/1981, jenis-jenis perpustakaan meliputi:
- Perpustakaan nasional
Berkedudukan di ibukota Negara, berfungsi sebagai perpustakaan deposit nasional dan terbitan asing dalam ilmu pengetahuan sebagai koleksi nasional, menjadi pusat bibliografi nasional, pusat informasi dan referensi serta penelitian pusat kerjasama antar peprustakaan di dalam dan di luar negeri.

- Perpustakaan wilayah
Berkedudukan di ibukota provinsi, sebagai pusat kerja sama antar peprustakaan di wilayah provinsi, menyimpan koleksi bahan pustaka yang menyangkut provinsi, semua terbitan di wilayah, pusat penyelenggaraan pelayanan referensi, informasi dan penelitian dalam wilayah provinsi menjadi unit pelaksana teknis pusat pembinaan perpustakaan.

- Perpustakaan Umum
Menjadi pusat kegiatan belajar, pelayanan informasi, penelitian dan rekreasi bagi seluruh lapisan maysrakat.

- Perpustakaan Keliling
Berfungsi sebagai perpustakaan umum yang melayani masyarakat yang tidak terjangkau oleh pelayanan perpustakaan umum.

- Perpustakaan Sekolah
Berfungsi sebagi pusat kegiatan kegiatan belajar-mengajar, pusat penelitian sederhana, pusat baca, guna menambah ilmu pengetahuan dan rekreasi.

- Perpustakaan Perguruan Tinggi
Berfungsi sebagai sarana kegiatan belajar-mengajar, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
- Perpustakaan Khusus/Dinas
Berfungsi sebagai pusat referensi dan penelitian serta sarana untuk memperlancar tugas pelaksanaan instansi/lembaga yang bersangkutan

2) Jenis- jenis perpustakaan yang ada dan berkembang di Indonesia menurut penyelenggaraan dan tujuannya dibedakan menjadi :
a. Perpustakaan Digital adalah Perpustakaan yang berbasis teknologi digital atau mendapat bantuan komputer dalam seluruh aktifitas di perpustakaannya secara menyeluruh. Contohnya : Buku atau informasi dalam format electiric book, piringan, pita magnetik, CD atau DVD rom.
b. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, selanjutnya disebut Perpustakaan Nasional, adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perpustakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang berkedudukan di Ibukota Negara.
c. Perpustakaan Provinsi adalah Lembaga Teknis Daerah Bidang Perpustakaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan perpustakaan di wilayah provinsi serta melaksanakan layanan perpustakaan kepada masyarakat.
d. Perpustakaan Kabupaten/Kota adalah Lembaga Teknis Daerah Bidang Perpustakaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan perpustakaan di wilayah Kabupaten/Kota serta melaksanakan layanan perpustakaan kepada masyarakat umum.
e. Perpustakaan Umum : Perpustakaan yang ada di bawah lembaga yang mengawasinya. Perpustakaan umum terbagi atas :
(1) Perpustakaan Umum Kecamatan, adalah Perpustakaan yang berada di Kecamatan sebagai cabang layanan Perpustakaan Kabupaten/Kota yang layanannya diperuntukkan bagi masyarakat di wilayah masing-masing.
(2) Perpustakaan Umum Desa/Kelurahan adalah perpustakaan yang berada di Desa/Kelurahan sebagai cabang layanan Perpustakaan Kabupaten/Kota yang layanannya diperuntukkan bagi masyarakat di desa/kelurahan masing-masing.
(3) Perpustakaan Khusus : Perpustakaan yang diperuntukkan untuk koleksi- koleksi tokoh terkenal. Contohnya : Perpustakaan Bung Hatta.
Perpustakaan lembaga Pendidikan : Perpustakaan yang berada di lingkungan lembaga pendidikan (SD, SMP, SMA, PT, dan LSM). Contohnya : perpustakaan Universitas. Pada perpustakaan tingkat PT, perpustakaan dapat dibagi kembali menjadi dua, yaitu : perpustakaan pusat dan perpustakaan tingkat fakultas.
f. Perpustakaan Lembaga Keagamaan : Perpustakaan yang berada di lingkungan lembaga keagamaan. Contohnya : Perpustakaan Masjid, perpustakaan Gereja, dll
g. Perpustakaan Pribadi : Perpustakaan yang diperuntukkan untuk koleksi sendiri dan dipergunakan dalam ruang lingkup yang kecil. Contohnya : Perpustakaan keluarga.

c. Fungsi/Manfaat Perpustakaan
Beberapa fungsi perpustakaan yaitu:
1) Menurut Masyarakat Literasi Indonesia yaitu,
- Merupakan sumber segala informasi
- Merupakan fasilitas pendidikan non formal, khususnya bagi anggota masyarakat ynag tidak sempat mendapatkan kesempatan pendidikan formal.
- Sarana atau tempat pengembangan seni budaya bangsa, melalui buku atau majalah
- Karena keragaman bahan bacaan yag disimpannya, perpustakaan sekaligus memberikan hiburan bagi pembacanya.
- Merupakan penunjang yang penting artinnya bagi suatu riset ilmiah, sebagai bahan acuan referensi.

2) Menurut Gatot Subrata, S. Kom
- Fungsi informasi, yaitu perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan cetak, terekam, maupun koleksi lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekolah.
- Fungsi pendidikan, perpustakaan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan dan menerapkan tujuan pendidikan.
- Fungsi kebudayaan, perpustakaan sebagai sarana peningkatan mutu kehidupan dan menumbuhkan budaya membaca
- Fungsi rekreasi, perpustakaan sebagai sarana untuk pemanfaatan waktu senggang dengan bacaan yang bersifat rekreatif dan hiburan yang positif.
- Fungsi deposit, perpustakaan berkewajiban menyimpan dan melestarikan karya-karya, baik cetak maupun non cetak, yang diterbitkan di wilayah Indonesia.

BAB II
PERPUSTAKAAN SEKOLAH
a. Pengertian dan Hakekat Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan pada hakikatnya adalah sistem pengelolaan informasi oleh sumber daya yang terdidik dalam bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Dalam pengelolaan dan pemanfaatan perpustakaan diperlukan gedung/tata ruang, anggaran, sarana dan prasarana yang memadai. Pengertian perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada dalam suatu sekolah yang kedudukan dan tanggunng jawabnya kepada kepala sekolah; yang melayani kegiatan belajar mengajar di sekolah yang bersangkutan.

b. Fungsi
Keberadaan perpustakaan sekolah diharapkan berfungsi sebagai media pendidikan, tempat belajar, penelitian sederhana, pemanfaatan teknologi informasi, kelas alternatif dan sumber informasi.
Perpustakaan Sekolah menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981, mempunyai fungsi sebagai :
a. Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tercantum dalam kurikulum sekolah
b. Pusat Penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya.
c. Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi waktu luang (buku-buku hiburan)
Semua fungsi tersebut akan tergambar dalam koleksi pepustakaan bersangkutan.
c. Tujuan
1. Menumbuhkan kembangkan minat baca tulis guru dan siswa
2. Mengenalkan teknologi informasi
3. Membiasakan akses informasi secara mandiri
4. Memupuk bakat dan minat

d. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA N0. 43 TAHUN 2007

Menurut undang-undang perpustakaan, Bab VII Jenis-jenis Perpustakaan, pasal
23. Perpustakaan Sekolah/Madrasah. adalah
1) Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan.
2) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki koleksi buku teks pelajaran yang ditetapkan sebagai buku teks wajib pada satuan pendidikan yang bersangkutan dalam jumlah yang mencukupi untuk melayani semua peserta didik dan pendidik.
3) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengembangkan koleksi lain yang mendukung pelaksanaan kurikulum pendidikan.
4) Perpustakaan sekolah/madrasah melayani peserta didik pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan di lingkungan satuan pendidikan yang bersangkutan.
5) Perpustakaan sekolah/madrasah mengembangkan Layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
6) Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang diluar belanja pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan.

e. Struktur Organisasi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah sebagai organisasi perlu adanya langkah-langkah pengorganisasian. Pengorganisasian. Pengaturan langkah ini penting agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas. Proses pengorganisasian perpustakaan sekolah akan berjalan apabila memerhatikan prinsip-prinsip organisasi sebagai landasan. Dalam pelaksanaan tugas-tugas perpustakaan sekolah diperlukan adanya pembagian kerja ini akan berjalan baik apabila terdapat struktur organisasi perpustakaan sekolah yang jelas. Struktur organisasi merupakan mekanisme formal untuk pengelolaan dengan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda.

Bentuk struktur organisasi perpustakaan
A. Komponen yang harus dikembangkan
Dari sekian banyak komponen perpustakaan, ada beberapa komponen yang dapat dipilih sebagai prioritas, yaitu:
 Koleksi
v
 SDM pustakawan dan tenaga administrasi
v
 Jenis dan bentuk layanan
v
 Cakupan pengguna (komunitas lokal, regional, nasional, dst.)
v
 Fasilitas pendukung (gedung dan alat)
v
Prioritas diberikan pada komponen yang paling mendukung target pengembangan lembaga. Pertimbangan lain adalah ketersediaan dana yang dimiliki.

B. Pendukung yang diperlukan untuk pengembangan
Pada setiap kegiatan pengembangan, dibutuhkan pendukung utama untuk menjamin keberhasilan. Pendukung pertama adalah dana. Pendukung berikutnya adalah perencanaan (planning) dimana di dalamnya sudah dimuat tujuan masing-masing kegiatan, ukuran capaian, bentuk program. Pada perencanaan juga disebutkan kapan setiap tujuan harus tercapai. Pendukung utama ketiga adalah sumber daya manusia yaitu pengelola perpustakaan yang terdiri dar Kepala Seokolah, guru, pustakawan yang mengetahui peran masing-masing sehingga akan bersedia bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan/ tertundanya pencapaian tujuan.
Langkah pengembangan sebaiknya dimulai dari kesepakatan bersama dari setiap komponen di dalam sistem, mulai dari pimpinan lembaga, pengelola perpustakaan sampai pada pengguna. Semua komponen harus sepakat tentang apa yang akan dikembangkan, serta konsekuensi yang harus dihadapi akibat pengembangan (misalnya, suasana baru dan berbeda). Dengan demikian semua komponen akan bergerak pada arah yang sama, tidak membuat arah sendiri-sendiri.

1) SWOT analysis
Untuk dapat mengukur keberhasilan dari kegiatan pengembangan diperlukan ukuran yang ditentukan sendiri oleh lembaga berdasarkan kondisi yang ada. Caranya adalah dengan membuat analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threat), yaitu melihat apa yang menjadi KEKUATAN (S) lembaga: jumlah dan tingkat pendidikan SDM, jaringan, dan semua kekuatan internal, apa KELEMAHAN (W) lembaga: keterbatasan dana, koleksi yang ketinggalan zaman, belum memiliki ruang runagn perpustakaan representatif dll.. KESEMPATAN (O) yang terlihat di eksternal lembaga: kebijakan pemerintah (Undang-undang prpustakaan), tawaran kerjasama, adanya beasiswa, dll, ANCAMAN (T) dari eksternal yang akan menghambat usaha pengembangan: persaingan dengan lembaga sejenis, globalisasi, citra masyarakat tentang Sekolah/Madrasah selama ini.

2) Tentukan sasaran dengan ukuran (standar) capaian yang jelas
Ukuran keberhasilan yang dibuat berdasarkan tujuan yang disusun dengan mengacu pada analisis SWOT. Ukuran yang dibuat haruslah rasional agar tingkat keberhasilannya menjadi sangat tinggi. Jika memungkinkan, ukuran keberhasilan sebaiknya berupa angka (kuantitas). Jika tidak, dapat juga dengan ukuran kualitas, contohnya:
1. Di ruang layanan akan terpasang komputer on-line
2. Adanya pegawai perpustakaan yang mendapat pelatiha kepeustakawaanan
atau
1) Terdapat layanan baru yang memiliki daya tarik lebih tinggi.
2) Pengguna perpustakaan menggunakan seluruh layanan yang disajikan
Dengan ukuran yang jelas maka seorang Kepala Sekolah akan bisa membuat target minimal yang bisa dicapai dan dapat membuat evaluasi tentang tingkat keberhasilan.

3) Susun program
Setelah jelas ukuran capaian, buatlah program untuk mencapai target yang ditetapkan, misalnya:
1) Kerjasama dengan pihak alain untuk pengadaan komputer baru untuk bidang pelayanan.
2) Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan.
3) Mengikiti lokakarya tentang Perpustakaan
Yang harus diingat adalah bahwa semua program harus mengacu pada kebijakan lembaga penaung agar mendapat dukungan (-paling tidak- dukungan moral) dari lembaga. Selain itu, harus tetap memperhatikan hasil analisis SWOT sebagai acuan penyusunan program.
4) Susun anggaran
Selanjutnya adalah menghitung anggaran yang harus dikeluarkan dalam kegiatan pengembangan. Dasar anggaran dapat ditetapkan berdasarkan ketersediaan anggaran-anggaran yang disediakan atau berdasarkan tujuan yang harus dicapai yang berdampak pada program yang akan dibuat. Seluruh butir anggaran harus dihitung dengan cermat sehingga tidak ada yang terlewati agar tidak ada kegiatan yang harus dihentikan karena kekeliruan penghitungan dana.

5) Tetapkan waktu
Setelah itu, tetapkan waktu yang pasti tetapi rasional untuk setiap program yang akan dilakukan. Pilih program yang dapat dijalankan secara paralel dan program mana yang harus dilakukan berurutan atau satu demi satu. Penetapan waktu ini, maka pembagian kerja akan semakin jelas dan mudah dilakukan karena tidak akan terjadi benturan waktu pengerjaan program dan pustakawan yang harus merangkap garapan. Banyak orang yang menganggap bahwa penentuan waktu adalah sesuatu yang sederhana. Akan tetapi, kekeliruan penentuan waktu bisa membuat sebuah program tidak terlaksanakan dengan sempurna karena alokasi yang keliru (terlalu lama atau terlalu sebentar). Kemudian tanpa ukuran waktu, manajer tidak bisa menuntut timnya untuk bergerak cepat

BAB III
SEJARAH PERPUSTAKAAN
1. DI INDONESIA
Sejarah perpustakaan di Indonesia tergolong masih muda jika dibandingkan dengan negara Eropa dan Arab. Jika kita mengambil pendapat bahwa sejarah perpustakaan ditandai dengan dikenalnya tulisan, maka sejarah perpustakaan di Indonesia dapat dimulai pada tahun 400-an yaitu saat lingga batu dengan tulisan Pallawa ditemukan dari periode Kerajaan Kutai. Musafir Fa-Hsien dari tahun 414 M menyatakan bahwa di kerajaan Ye-po-ti, yang sebenarnya kerajaan Tarumanegara banyak dijumpai kaum Brahmana yang tentunya memerlukan buku atau manuskrip keagamaan yang mungkin disimpan di kediaman pendeta. Pada sekitar tahun 695 M, menurut musafir I-tsing dari Cina, di Ibukota Kerajaan Sriwijaya hidup lebih dari 1000 orang biksu dengan tugas keagamaan dan mempelajari agama Budha melalui berbagai buku yang tentu saja disimpan di berbagai biasa.
1. Kerajaan Mataram
Di pulau Jawa, sejarah perpustakaan tersebut dimulai pada masa Kerajaan Mataram. Hal ini karena di kerajaan ini mulai dikenal pujangga keraton yang menulis berbagai karya sastra. Karya-karya tersebut seperti Sang Hyang Kamahayanikan yang memuat uraian tentang agama Budha Mahayana. Menyusul kemudian sembilan parwa sari cerita Mahabharata dan satu kanda dari epos Ramayana. Juga muncul dua kitab keagamaan yaitu Brahmandapurana dan Agastyaparwa. Kitab lain yang terkenal adalah Arjuna Wiwaha yang digubah oleh Mpu Kanwa. Dari uraian tersebut nyata bahwa sudah ada naskah yang ditulis tangan dalam media daun lontar yang diperuntukkan bagi pembaca kalangan sangat khusus yaitu kerajaan.
2. Kerajaan Kediri
Jaman Kerajaan Kediri dikenal beberapa pujangga dengan karya sastranya. Mereka itu adalah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang bersama-sama menggubah kitab Bharatayudha. Selain itu Mpu panuluh juga menggubah kitab Hariwangsa dan kitab Gatotkacasrayya. Selain itu ada Mpu Monaguna dengan kitab Sumanasantaka dan Mpu Triguna dengan kitam Kresnayana. Semua kitab itu ditulis diatas daun lontar dengan jumlah yang sangat terbatas dan tetap berada dalam lingkungan keraton. Periode berikutnya adalah Kerajaan Singosari. Pada periode ini tidak dihasilkan naskah terkenal. Kitab Pararaton yang terkenal itu diduga ditulis setelah keruntuhan kerajaan Singosari.
3. Kerajaan Majapahit
Pada jaman Majapahit dihasilkan dihasilkan buku Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Sedangkan Mpu Tantular menulis buku Sutasoma. Pada jaman ini dihasilkan pula karya-karya lain seperti Kidung Harsawijaya, Kidung Ranggalawe, Sorandaka, dan Sundayana. Kegiatan penulisan dan penyimpanan naskah masih terus dilanjutkan oleh para raja dan sultan yang tersebar di Nusantara.
4. Pemerintahan Hindia Belanda
Kalau pada tahun 1911 pemerintah Hindia Belanda mendirikan Hindia Belanda mendirikan Indonesische Volksblibliotheken, maka pada tahun 1916 didirikan Nederlandsche Volksblibliotheken yang digabungkan dalam Holland-Inlandsche School (H.I.S). H.I.S. merupakan sejenis sekolah lanjutan dengan bahasa pengantar Bahasa Belanda. Tujuan Nederlandsche Volksblibliotheken adalah untuk memenuhi keperluan bacaan para guru dan murid.
Di Batavia tercatat beberapa sekolah swasta, diantaranya sekolah milik Tiong Hoa,Hwe Koan, yang memiliki perpustakaan. Sekolah tersebut menerima bantuan buku dari Commercial Press (Shanghai) dan Chung Hua Book Co. (Shanghai).
Sebenarnya sebelum pemerintah Hindia Belanda mendirikan perpustakaan sekolah, pihak swasta terlebih dahulu mendirikan perpustakaan yang mirip dengan pengertian perpustakaan umum dewasa ini. Pada tahun awal tahun 1910 berdiri Openbare leeszalen. Istilah ini mungkin dapat diterjemahkan dengan istilah ruang baca umum. Openbare leeszalen ini didirikan oleh antara lain Loge der Vrijmetselaren, Theosofische Vereeniging, dan Maatschappij tot Nut van het Algemeen. biaya tertentu dengan disertai permohonan kepada pembacanya supaya menangani naskah dengan baik.
Disamping perpustakaan yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda, sebenarnya tercatat juga perpustakaan yang didirikan oleh orang Indonesia. Pihak Keraton Mangkunegoro mendirikan perpustakaan keraton sedangkan keraton Yogyakarta mendirikan Radyo Pustoko. Sebagian besar koleksinya adalah naskah kuno.
5. Perkembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia
Perkembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia dimulai pada awal tahun 1920an yaitu mengikuti berdirinya sekolah tinggi, misalnya seperti Geneeskunde Hoogeschool di Batavia (1927) dan kemudian juga di Surabaya dengan STOVIA; Technische Hoogescholl di Bandung (1920), Fakultait van Landbouwwentenschap (er Wijsgebeerte Bitenzorg, 1941), Rechtshoogeschool di Batavia (1924), dan Fakulteit van Letterkunde di Batavia (1940). Setiap sekolah tinggi atau fakultas itu mempunyai perpustakaan yang terpisah satu sama lain.
6. Pasca Kemerdekaan
Perkembangan pasca kemerdekaan mungkin dapat dimulai dari tahun 1950an yang ditandai dengan berdirinya perpustakaan baru. Pada tanggal 25 Agustus 1950 berdiri perpustakaan Yayasan Bung Hatta dengan koleksi yang menitikberatkan kepada pengelolaan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Indonesia. Tanggal 7 Juni 1952 perpustakaan Stichting voor culturele Samenwerking, suatu badan kerjasama kebudayaan antara pemerintah RI dengan pemerintah Negeri Belanda, diserahkan kepada pemerintah RI.
Dalam rangka usaha melakukan pemberantasan buta huruf di seluruh pelosok tanah air, telah didirikan Perpustakaan Rakyat yang bertugas membantu usaha Jawatan Pendidikan Masyarakat melakukan usaha pemberantasan buta huruf tersebut. Pada periode ini juga lahir perpustakaan Negara yang berfungsi sebagai perpustakaan umum dan didirikan di Ibukota Propinsi. Perpustakaan Negara yang pertama didirikan di Yogyakarta pada tahun 1949, kemudian disusul Ambon (1952); Bandung (1953); Ujung Pandang (1954); Padang (1956); Palembang (1957); Jakarta (1958); Palangkaraya, Singaraja, Mataram, Medan, Pekanbaru dan Surabaya (1959). Setelah itu menyusul kemudian Perpustakaan Nagara di Banjarmasin (1960); Manado (1961); Kupang dan Samarinda (1964). Perpustakaan Negara ini dikembangkan secara lintas instansional oleh tiga instansi yaitu Biro Perpustakaan Departemen P & K yang membina secara teknis, Perwakilan Departemen P & K yang membina secara administratif, dan Pemerintah Daerah Tingkat Propinsi yang memberikan fasilitas
2. DI DUNIA
a) Sumeria dan Babylonia
Perpustakaan sedah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Penggalian di bekas kerajaan Sumeria menunjukkan bahwa bangsa Sumeria sekitar 3000 tahun sebelum Masehi telah menyalin rekening, jadwal kegiatan, pengetahuan yang mereka peroleh dalam bentuk lempeng tanah liat(clay tablets). Tulisan yang dpergunakan masih berupa gambar (pictograph), kemudian ke aksara Sumeria. Kebudayaan Sumeria termasuk kepercayaan , praktek keagamaan, dan tulisan Sumeria, kemudian diserap oleh Babylonia yang menaklukkan Sumeria. Tulisan Sumeria kemudian diubah menjadi tulisan paku (cuneiform) karena mirip paku. Semasa pemerintahan raja Ashurbanipal dan Assyria (sekitar tahun 668-626 sebelum Masehi) didirikan Perpustakaan kerajaan di ibukota Niniveh, berisi puluhan ribu lempeng tanah liat yang dikumpulkan dari segala penjuru kerajaan.. Untuk mencatat koleksi digunakan system subjek serta tanda pengenal pada tempat penyimpanan. Banyak dugaan bawa Perpustakaan ini terbuka bagi kawula kerajaan.

b) Mesir
Pada masa yang hampir bersamaan, peradaban Mesir Kuno pun berkembang. Teks tertulis paling awal yang ada di Perpustakaan Mesir berasal dari sekitar tahun 40000 SM, namun gaya tulisannya berbeda dengan tulisan sumeria. Orang Mesir menggunakan tulisan yang disebut hieroglyph. Tujuan heroglyph ialah memahatkan pesan terakhir di monumen karena tulisan dimaksudkan untuk mengagungkan raja sedangkan tulisan yang ada di tembok dan monument dimaksudkan untuk memberi kesan kepada dunia. perpustakaan Mesir bertamabah maju berkat penemuan penggunaan rumput papyrus sekitar tahun1200 SM. Untuk membuat lembar papyrus maka isi batang papyrus dipotong menjadi lembaran tipis, kemudian dibentangkan satu demi satu dan tumpuk demi tumpuk. Kedua lapisa kemudian dilekatkan dengan lem, ditekan, diratakan, dan dipukul sehingga permukaannya rata.
Dengan demikian, permukaan lembaran papyrus dapat digunakan sebagai bahan tulis, sedangkan alat tulisnya berupa pena sapu dan tinta. Umumnya tulisan Hierolgyph hanya dipahami oleh pendeta karena itu papyrus banyak ditemukan di kuil-kuil brisi pengumuman resmi, tulisan keagamaan, filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Pengembangan perpustakaan Mesir terjadi semasa raja Khufu, Khafre, dan Ramses II sekitar tahun 1250 SM. Perpustakaan raja Ramses II memiliki sekitar 20.000 buku.

c) Yunani
Peradaban Yunani mengenal tulisan Mycena sekitar tahun 1500 SM, kemudian tulisan tersebut lenyap. Sebagai penggantinya, orang Yunani menggunakan 22 aksara temuan orang Phonicia, kemudian dikembangkan 26 aksara seperti yang kita kenal dewasa ini. Yunani mulai mengenal Perpustakaan milik Peistratus (dari Athena) dan Polyerratus (dari Samos) sekitar abad ke-6 dan ke-7 SM. Perpustakaan berkembang pula semasa kejayaan Yunani dibawah pimpinan Pericles sekitar abad ke-5 SM. Pada saat itu, membaca merupakan pengisi waktu senggang serta merupakan awal dimulainya perdagangan buku. Filosof Aristoteles dianggap sebagai orang pertama kali yang mengumpulkan, menyimpan, dan memanfaatkan budaya masa lalu. Koleksi Aristotels kelak dibawa ke Roma. Perkemabangan perpustakaan zaman kuno Yunani mencapai puncaknya semasa Abad Hellenisme, yang ditandai dengan penyebaran ajaran dan kebudayaan Yunani. Ini terjadi berkat penaklukan Alexander Agung beserta penggantinya, pembentukan kota baru Yunani. Dan pemngembangan pemerintahan Monarchi. Perpustakaan utama terletak di kota Alexandria, Msir, dan kota pergamum, di Asia Kecil. Di Kota Alexandria berdiarilah sebuah Museum, salah satu bagian utamnya ialah Perpustakaan dengan tujuan mengumpulkan teks Yunani dan manuskrip segala bahasa dari semua penjuru. Berkat usahan Demetrius dari Phalerum, perpustakaan Alexandria berkembang pesat sehingga memiliki 200.000 gulungan papyrus hingga natinya mencapai 700.000 gulungan pada abad pertama SM.
Perpustakaan kedua disebut Serapeum, memiliki 42.800 gulungan terpilih, kelak berkembang hingga 100.000 gulungan. Semua gulungan papyrus ini disunting, disusun, menurut bentuknya, dan diberi catatan untuk disusun menjadi sebuah bibliografi sastra Yunani berjumlah 120 jilid.
d.) perpustakaan vatikan
Perpustakaan Vatikan (Latin: Bibliotheca Apostolica Vaticana) adalah perpustakaan milik Tahta Suci yang sekarang berada di kota Vatikan. Perpustakaan ini adalah salah satu perpustakaan tertua di dunia dan menyimpan salah satu koleksi penting dalam tulisan-tulisan bersejarah. Secara resmi didirikan pada tahun 1475, walaupun perpustakaan ini telah ada jauh sebelumnya, Perpustakaan Vatikan memiliki 75.000 buku dari sepanjang sejarah. Dari Bulan Juli 2007 perpustakaan ini tutup sementara bagi publik untuk pembangunan kembali, yang direncanakan akan selesai pada Bulan September 2010.

BAB IV
ORGANISASI DAN ADMINISTRASI PERPUSTAKAAN

A. Organisasi perpustakaan
1.) Pengertian perpustakaan sekolah
Pengertian umum organisasi adalah segenap proses kegiatan menata dan membagi pekerjaan yang dilakukan, mengelompokan orang-orang yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut, menetapkan wewenang dan tanggung jawab serta bungan antar unit-unit dan individu sebagai pelaksana dari pekerjaan itu untuk mencapai tujuan tertentu dari organisasi tersebut.
2.) Komponen struktur organisasi perpustakaan
NO JABATAN RINCIAN TUGAS
1. Kepala Perpustakaan 1. Membuat rencana strategis bagi pengembangan perpustakaan
2. Mengusahakan dana bagi pelaksanaan kerja tim
3. Membuat langkah-langkah kebijakan atau policy untuk mewujudkan rencana pengembangan perpustakaan
4. Mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah diambil
5. Membuat laporan kepada rektor
6. Mengidentifikasi permasalahan dan membuat langkah-langkah pemecahan masalah
7. Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan
2. Kepala Sub Bagian TU 1. Menyiapkan bahan penyusunan konsep rencana dan program kerja perpustakaan
2. Melakukan urusan rumah tangga perpustakaan
3. Melakukan administrasi kepegawaian
4. Melakukan urusan administrasi keuangan
5. Melakukan kearsipan dan persuratan
3. Koordinator Bidang Pelayanan Umum 1. Memastikan bahwa tugas di pelayanan umum berjalan lancar
2. Membuat rencana untuk menerapkan full otomasi perpustakan
3. Membuat job deskripsi para kour. di bidangnya
4. Mengevaluasi kinerja staf di bidangnya
5. Mempertanggungjawabkan pelayanan umum kepada kepala perpustakaan
6. Koordinasi dengan kobid. pelayanan teknis
4. Koordinator Bidang Pelayanan Teknis 1. Memastikan bahwa tugas di pelayanan teknis berjalan lancar
2. Membuat rencana untuk menerapkan full otomasi perpustakan
3. Membuat job deskripsi para kour. di bidangnya
4. Mengevaluasi kinerja staf di bidangnya
5. Mempertanggungjawabkan pelayanan umum kepada kepala perpustakaan
6. Koordinasi dengan kobid. pelayanan umum
5. Koordinator Urusan Pengadaan 1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pelayanan pengadaan
2. Membuat job deskripsi bagian pengadaan
3. Mempertanggungjawabkan segala kegiatan kepada koordinator bidang pelayanan teknis
4. Mengevaluasi staf pengadaan
5. Membuat laporan bulanan dan tahunan
6. Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangka dinas di luar kegiatan sehari-hari.
6. Koordinator Urusan Pengolahan 1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pelayanan pengolahan
2. Membuat job deskripsi bagian pengadaan
3. Mempertanggungjawabkan segala kegiatan kepada koordinator bidang pelayanan teknis
4. Mengevaluasi staf pengolahan
5. Membuat laporan bulanan dan tahunan
6. Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangka dinas di luar kegiatan sehari-hari.
7. Koordinator Urusan Otomasi 1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pelayanan otomasi
2. Membuat job deskripsi bagian otomasi
3. Mempertanggungjawabkan segala kegiatan kepada koordinator bidang pelayanan teknis
4. Mengevaluasi staf otomosi perpustakaan
5. Membuat laporan bulanan dan tahunan
6. Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangka dinas.
8. Koordinator Urusan Pemeliharaan 1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pelayanan pemeliharaan
2. Membuat job deskripsi bagian pemeliharaan
3. Mempertanggungjawabkan segala kegiatan kepada koordinator bidang pelayanan teknis
4. Mengevaluasi staf pemeliharaan
5. Membuat laporan bulanan dan tahunan
6. Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangka dinas di luar kegiatan sehari-hari
9. Koordinator Urusan Sirkulasi 1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pelayanan sirkulasi
2. Membuat job deskripsi bagian sirkulasi
3. Mempertanggungjawabkan segala kegiatan kepada koordinator bidang pelayanan umum
4. Mengevaluasi staf sirkulasi
5. Membuat laporan bulanan dan tahunan
6. Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangka dinas di luar kegiatan sehari-hari
10. Koordinator Urusan Referensi 1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pelayanan referensi
2. Membuat job deskripsi bagian referensi
3. Mempertanggungjawabkan segala kegiatan kepada koordinator bidang pelayanan umum
4. Mengevaluasi staf referensi
5. Membuat laporan bulanan dan tahunan
6. Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangkan dinas di luar kegiatan sehari-hari
11. Koordinator Urusan Serial 1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pelayanan serial
2. Membuat job deskripsi bagian serial
3. Mempertanggungjawabkan segala kegiatan kepada koordinator bidang pelayanan umum
4. Mengevaluasi staf serial
5. Membuat laporan bulanan dan tahunan
6. Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangka dinas di luar kegiatan sehari-hari
12. Koordinator urusan Promosi 1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pelayanan promosi
2. Membuat job deskripsi bagian promosi
3. Mempertanggungjawabkan segala kegiatan kepada koordinator bidang pelayanan teknis
4. Mengevaluasi staf promosi
5. Membuat laporan bulanan dan tahunan
6. Melaksanakan pekerjaan sesuai perintah atasan dalam rangka dinas di luar kegiatan sehari-hari


3. Administrasi perpustakaan
Secara umum pengertian administrasi adalah segenap proses penataan kerjasama dari sekelompok orang dengan menggunakan fasilitas dan perlengkapan yang ada untuk memperlancar dan mengefisienkan pencapaian tujuan dari suatu organisasi.
1. Administrasi Pengolahan Buku
Sebelum bahan pustaka disusun ke dalam rak buku maka perlu diadakan pengolahan. Yang dimaksud dengan pengolahan buku adalah rangkaian pekerjaan dalam mempersiapkan buku agar mudah diperoleh dan diketahui informasi yang ada di dalamnya.
Administrasi pengolahan buku terdiri dari:
a. Inventarisasi (pembuatan Buku Induk), yaitu mencatatkan ke dalam Buku Induk
Perpustakaan, kekayaan koleksi dari sesuatu perpustakaan. Contoh buku induk perpustakaan:
b. Cap Inventaris dan Cap Perpustakaan
- Cara membubuhkan stempel
- Halaman judul sebaiknya dibiarkan bersih dan tidak dibubuhi stempel.
- Stempel Inventarisasi dibubuhkan di belakang halaman judul pada tempat kosong.
- Stempel perpustakaan dicapkan di belakang kolom judul dan pada halaman kode, umpamanya setiap halaman 25.

c. Klasifikasi, Yaitu menentukan subyek yang dimiliki buku yang dinyatakan dengan notasi (angka klsifikasi). Notasi (angka klasifikasi) dicantumkan pada label buku yang ditempelkan pada punggung buku. Ini sangat penting untuk pengelompokan dan penyusunan buku di dalam rak buku agar mudah ditelusuri. Bila perpustakaan sejak lama telah mengolah buku atau bahan pustakanya. Agar tidak terjadi duplikasi terhadap pekerjaan kalsifikasi dan katalogisasi, sebelum buku diolah terlebih dahulu diadakan verifikasi (= melihat ke Kartu Shelf-list apakah buku tersebut sudah pernah diolah). Untuk memudahkan, setiap buku yang akan diolah diberi secarik kertas yang diberi nama "T. Slip" (Temporary Slip). Bagi buku yang sudah pernah diolah, cukup dicatat pada T. Slip notasi (call Number) dan No. Induk, Bagi buku yang belum pernah diolah, T. Slip dibiarkan kosong. Buku-buku yang berbahasa Indonesia yang jumlahnya kurang dari 25.000 cuku dengan menggunakan Buku Pedoman Klasifikasi yang berjudul "pengantar Klasifikasi Perpustakaan Dewey" karangan Drs. Towa.P. Hamakonda MLS. Bila koleksi Perpustakaan Sekolah lebih dari 25.000 eks. Disarankan menggunakan Dewey Decimal Classification (DOC) d. Mengkatalogisasi, adalah memberi informasi singkat tentang buku baik dari segi fisik dan subyeknya, yaitu pengarang, judul, edisi, imprint, kolasi dan jajakan. Data tersebut diketik pada Kartu katalog ukuran 12,5 x 7,5 cm. Kartu-kartu yang dibuat adalah : kartu Katalog Utama (Shelf-list), kartu katalog pengarang, kartu judul, dan kartu katalog subyek.

d. Label Buku dan Sampel
Sesudah katalog buku selesai dikerjakan, buku dilengkapi dengan kantong buku, label, tanggal kembali (due date). Untuk buku referensi tidak perlu dibuat kantong buku, kartu buku dan due date slip buku referensi tidak untuk dipinjamkan.

e. Filing dan Shelving
Kartu katalog pengarang, judul dan subyek difile menurut abjad. Cara filing boleh cara kamus atau cara terpisah Buku-buku yang sudah selesai diproses, disusun dalam rak buku menurut call numbernya yang dikatakan shelving.

2. Administrasi Pelayanan
Yang dimaksud dengan pelayanan Perpustakaan Sekolah adalah memberi bantuan kepada guru dan murid untuk mendapatkan bahan bacaan dan informasi yang mereka perlukan. Pustakawan atau Guru Pustakawan Perpustakaan Sekolah boleh sebagai penghubung antara koleksi perpustakaan dengan guru dan murid. Kegiatan kerja pada pelayanan Perpustakaan Sekolah meliputi :
a. Mengatur layout ruangan
b. Memelihara susunan buku di rak
c. Menyusun peraturan dan tata tertib pelayanan
d. Menerima anggota perpustakaan
e. Melaksanakan peminjaman dan pengembalian buku
f. Memberikan pelayanan referensi dan informasi
g. Memberi bimbingan membaca

BAB V
PENGADAAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN DAN KLASIFIKASI
A. Koleksi
a. Pengertian koleksi
Koleksi adalah sejumlah bahan atau sumber-sumber informasi, baik berupa buku ataupun bahan bukan buku, yang dikelola untuk kepentingan penggunanya.

b. Jenis-jenis koleksi
a) Koleksi buku
(1) Buku-buku nonfiksi, terdiri atas buku teks atau buku pelajaran, buku teks pelengkap, buku penunjang, buku referensi atau rujukan
(2) Buku-buku fiksi, sering dikaitkan dengan novel, romans.
(3) Komik (buku cerita bergambar
b) Koleksi bahan bukan buku
(1) Terbitan berkala seperti majalah dan surat kabar
(2) Pamphlet
(3) Brosur
(4) Guntingan surat kabar
(5) Gambar atau lukisan
(6) Globe
c) Koleksi bahan pandang dengar
Contohnya film suara, kaset video, tape recorder, slide suara.



c. Perencanaan pengadaan koleksi pustaka
Secara umum, perencanaan berarti suatu proses berpikir menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Sedangakan perencanaan pengadaan bahan-bahan pustaka adaalh suatu proses berpikir menentukan usaha-usaha yang akan dilakukan pada masa yang akan datang untuk memperoleh bahan-bahan pustaka dalam rangka terselenggaranya perpustakaan yang sebaik-baiknya.
Dalam perencanaan pengadaan bahan-bahan pustaka, ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh pustakawan, langkah-langkahnya yaitu:
a) Inventarisasi bahan-bahan pustaka yang harus dimiliki
b) Inventarisasi bahan-bahan pustaka yang dimiliki
c) Analisis kebutuhan bahan-bahan pustaka
d) Menetapkan prioritas
e) Menentukan cara pengadaan bahan-bahan pustaka

d. Aspek-aspek pertimbangan
da beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan koleksi perpustakaan terutama perpustakaan di perguruan tinggi, antara lain ukuran koleksi dan perimbangan koleksi itu sendiri. Ukuran koleksi meliputi : kondisi dan kualitas kolesi; kuantitas pemakai; jumlah bidang studi; metode pengajaran; dan jumlah strata pendidikan di perguruan tinggi yang meliputi SO, S1, S2, dan S3 akan memerlukan koleksi perpustakaan yang lebih banyak dibandingkan dengan perguruan tinggi yang hanya melayani satu strata saja.
Disamping ukuran koleksi, perimbangan koleksi juga harus dipertimbangkan. Perimbangan meliputi subjek atau bidang ilmu yang dicakup bahan pustaka di dalam koleksi perpustakaan. Untuk menentukan perimbangannya bisa berdasarkan perbandingan antar jumlah individu kelompok pemakai yang dilayani dan pemakaian koleksi perpustakaan itu sendiri. Jumlah koleksi suatu bidang subjek akan berbanding lurus dengan jumlah individu kelompok pemakai yang dilayani di bidang subjek tersebut.
Maka keberhasilan program pengadaan bahan pustaka di suatu perpustakaan yang berlangsung dari tahun ke tahun tidak terjadi begitu saja. Ini memerlukan bimbingan yang jelas dari suatu kebijakan pengembangan koleksi perpustakaan secara tertulis sebagai pedoman staf yang bertugas melaksanakannya. Semua pihak yang berpartisipasi dan berwenang merumuskan kebijakan tersebut seperti : komisi perpustakaan, pustakawan dan para ahli di lingkungan perpustakaan serta lembaga induknya mempunyai tanggung jawab untuk merawatnya secara terus menerus. Bila perpustakaan tidak mempunyai komisi perpustakaan, maka pustakawan itu sendiri secara otomatis harus mempunyai inisiatif untuk mencatat dan merumuskan kebijakan pengembangan koleksi yang kemudian disyahkan oleh pimpinan perpustakaan atau lembaga induknya. (Sharma & Singh, 1991).

e. Cara pengadaan koleksi
Pengadaan Buku melalui Pembelian
Pada kegiatan Belajar 1, dibahas mengenai pengadaan buku melalui pembelian. Pembelian buku dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu membeli langsung ke toko buku, dan penerbit maupun agen baik di dalam negeri atau luar negeri. Cara pembelian yang dipilih sangat bergantung pada berbagai hal, misalnya ketersediaan dan kesesuaian judul-judul subjek yang diperlukan, besarnya dana pembelian serta persyaratan yang menyertainya dan lain-lain. Dalam hal ini perpustakaan swasta, persyaratan pembelian dan penyediaan dana umumnya lebih lancar dibandingkan pada perpustakaan pemerintah.
Untuk negara berkembang seperti Indonesia, banyak dijumpai persoalan dalam hal pengadaan buku. Misalnya dalam hal pengadaan buku dari luar negeri mempunyai prosedur yang berbelit-belit, baik dalam pembayaran maupun pengiriman bukunya. Karena itu pustakawan yang menangani pengadaan buku ini harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai bibliografi, bahasa, manajemen, penerbitan dan perdagangan buku.

Pengadaan Buku melalui Pertukaran dan Hadiah
Dalam kegiatan belajar dua ini kita sudah melihat bagaimana potensi pertukaran bahan pustaka, dalam mengembangkan koleksi suatu perpustakaan. Kegiatan pertukaran mempunyai potensi yang cukup besar, mengingat dana pengadaan yang terbatas, dan adanya terbitan yang tidak dapat dibeli di toko buku, serta pertukaran merupakan kegiatan yang dapat mengembangkan kerja sama yang baik antarperpustakaan. Selain itu dengan melakukan pertukaran akan memberi kesempatan perpustakaan mengeluarkan bahan-bahan duplikat yang tidak dibutuhkan.
Sebelum melakukan kesepakatan tukar-menukar bahan pustaka dengan perpustakaan lain, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu apakah bahan pustaka yang ditawarkan oleh perpustakaan lain subjeknya sesuai dengan subjek yang dicakup oleh perpustakaan kita, serta perlu disiapkannya bahan pustaka yang akan digunakan sebagai penukarnya, karena pada umumnya perbandingan publikasi adalah 1:1 dengan tidak memandang berat, tebal/tipis publikasi, harga maupun bahasa. Bahan penukar yang perlu disiapkan dapat berasal dari bahan duplikat yang berlebih, atau merupakan terbitan sendiri. Selain dari itu perlu diidentifikasi lebih dahulu, perpustakaan atau lembaga mana saja yang dapat melakukan kerja sama dalam pertukaran bahan pustaka.

f. Inventarisasi Koleksi
Bahan pustaka baik buku maupun majalah,Koran atau yang lainnya yang telah datang diperpustakaan perlu diolah sedemikian rupa sehingga lebih berdaya guna bagi sipemakai.adapun langkah menginventarisasi buku adalah
a. Pemberian stempel buku.
Semua buku yang sudah masuk diperpustakaan perlu dibubuhi stempel.tempat – tempat yang perlu dibubuhi stempel yaitu : dibalik halaman judul,bagian tengah halaman, bagian yang tidak ada tulisan atau gambar, pada halaman akhir dan pada halaman yang dianggap
rahasia.
Stempel itu ada bermacam - macam ada stempel Inventaris, stempel identitas perpustakaan. Stempel Inventaris dibubuhkan dibalik halaman judul yang memuat nama perpustakaan, kolom tanggal, serta nomor inventaris.sedangkan stempel identitas perpustakaan berisi nama perpustakaan yang bersangkutan. Stempel ini dibubuhkan pada halaman tertentu sedapat mungkin tidak menggenggu informasi yang terdapat didalam buku.
b. Pemberian Nomo Buku
Setiap buku yang akan menjadi koleksi perpustakaan yang akan disusun dirak buku harus diberikan nomor.pemberian nomor tidak hanya nomor induk saja,tetapi juga pemberian nomor berdasakan klasifikasi ( Call Number ). Nomor induk adalah nomor urut buku yang sudah ada dari nomor satu sampai nomor terakhir ditempatkan
pada halaman judul. Nomor induk terakhir menunjukan nomor buku.
Adapun hal – hal yang dicatat dalam buku induk adalah :
1. Kolom tanggal
2. Kolom nomor induk
3. Kolom nama pengarang
4. Kolom judul Buku
5. Kolom Penerbit
6. Kolom Tahun terbit
7. Kolom harga buku
8. Kolom sumber
9. Kolom jumlah halaman
10. Kolom keterangan.

B. Klasifikasi
a. Pengertian dan tujuan klasifikasi
Kalsifikasi merupakan pengelompokan disiplin ilmu berdasarkan sistim tertentu. Dalam mengelompokkan ilmu pengetahuan menurut Qalyuby, 2007, h.165 bahwa pengelompokan koleksi perpustakaan terdiri dari:
1. Pengelompokan /klasifikasi artificial yang artinya sistim pengelompokan koleksi berdasarkan ukuran, warna, ataupun data fisik lainnya.
2. Pengelompokan/kalsifikasi fundamental artinya pengelompokan berdasarkan subyek tertentu.
Tujuan klasifikasi
Tujuan klasifikasi adalah untuk mengorganisasikan bahan pustaka dengan sistem
tertentu sehingga mudah diketemukan dan dikembalikan pada tempat penyimpanan.
Adapun tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
(a) menghasilkan urutan yang berguna
tujuan utama klasifikasi adalah menghasilkan urutan atau susunan bahan pustaka yang berguna bagi staf perpustakaan maupun bagi pemakai perpustakaan.
(b) penempatan yang tepat
Bila bahan pustaka diperlukan pemakai, pustaka yang diinginkan mudah diketemukan serta mudah dikembalikan oleh petugas ke tempat yang pasti sesuai dengan sistem klasifikasi yang digunakan.
(c) penyusunan mekanis
Bahan pustaka baru mudah disisipkan di antara bahan pustaka yang sudah dimiliki.
Demikian pula penarikan bahan pustaka (karena dipinjam) tidak akan mengganggu
susunan bahan pustaka di jajaran.

b. Prinsip-prinsip pengklasifikasian
1) Kelaskan suatu karya, pertama menurut subjeknya kemudian diikuti bentuk penyajiannya, misalnya : 510.9 sejarah matematika
2) Kelaskan suatu karya agar lebih berguna bagi pemakai.
3) Kelaskan pada satu subjek yang lebih spesifik, buku pada subjek yang lebih luas.
4) Apabila suatu dokumen memiliki 2 subjek maka pilih yang paling dominan atau diuraikan pertama kali.
5) Apabila subjek spesifik terlalu banyak, maka pilih subjek umumnya.
6) Apabila subjek dokumen mempengaruhi subjek yang lain, maka pilih subjek dipengaruhi.
7) Apabila subjek salah satu dokumen yang digunakan sebagai alat membahas subjek lain, maka pilihlah subjek yang menggunakan alat tersebut.
8) Apabila suatu karya memiliki subjek yang diuraikan untuk kepentingan pemakai bidang lain (kelompok tertentu) maka kelaskan pada subjek yang bersangkutan.
Perlu konsistensi dalam penerapan peraturan/kebijakan (PMEST).

c. Sistem klasifikasi
Ada beberapa sistem klasifikasi, diantaranya adalah:
1. Klasifikasi Artifisial
Sistem ini adalah mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan ciri atau sifat-sifat lainnya, misalnya pengelompokan menurut pengarang, atau berdasarkan ciri fisiknya, misalnya ukuran, warna sampul, dan sebagainya.

2. Klasifikasi Utility
Pengelompokan bahan pustaka dibedakan berdasarkan kegunaan dan jenisnya. Misal, buku bacaan anak dibedakan dengan bacaan dewasa. Buku pegangan siswa di sekolah dibedakan dengan buku pegangan guru. Buku koleksi referens dibedakan dengan koleksi sirkulasi (berdasar kegunaannya).

3. Klasifikasi Fundamental
Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri subyek atau isi pokok persoalan yang dibahas dalam suatu buku. Pengelompokkan bahan pustaka berdasarkan sistem ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:
• bahan pustaka yang subyeknya sama atau hampir sama, letaknya berdekatan.
• Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai koleksi yang dimiliki dengan melihat subyek mana yang lemah dan mana yang kuat.
• Menudahkan pemakai dalam menelusur informasi menurut subyeknya.
• Memudahkan pembuatan bibliografi menurut pokok masalah.
• Untuk membantu penyiangan atau weeding koleksi.

Klasifikasi fundamental banyak digunakan oleh perpustakaan besar maupun kecil. Dalam sistem tersebut buku dikelompokkan berdasarkan subyek, sehingga memudahkan pemakai dalam menelusur suatu informasi. Yang termasuk klasifikasi fundamental adalah Klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification).

d. Dewey decimal claasification
DDC merupakan sistem klasifikasi yang populer dan paling banyak pemakainya. Klasifikasi ini dalam pengembangannya menggunakan sistem desimal angka arab sebagai simbol notasinya.

e. Cara klasifikasi buku
Langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh pustakawan di dalam mengklasifikasi buku-buku perpustakaan yaitu:
1. Menentukan sistem klasifikasi
2. Menyiapkan bagan klasifikasi
3. Menyiapkan buku
4. Menentukan subjek buku
Untuk menentukan subyek buku dapat dilakukan dengan cara menganalisis bagian-bagian buku, yaitu:
1. Judul dan sub judul
2. Daftar isi
3. Kata pengantar
4. Isi sebagian atau keseluruhan
5. Menentukan nomor klasifikasi

DAFTAR PUSTAKA

Budi Waluyo, Fungsi dan Peranan Perpustakaan, September 2006
Murniaty, Manajemen dan Organisasi Perpustakaan Sekolah. Disampaiakan
pada Diklat Pustakawan Sekolah di Kabupaten Serdang, Bedagai
Sumut, 2006
(http://www.idb4.wikipaces.com/file/view/jj4004.2.pdf),

1 komentar: