Selasa, 24 April 2012

CERPEN "Perpisahan Ini"


PERPISAHAN INI

Sore itu dikala mentari mulai turun dari peraduannya dan burung-burung kembali pulang kesangkarnya, terlihat anak umur 15 tahun panik mengutak atik buku-bukunya yang hilang entah kemana sambil teriak-teriak, dialah osi dialah aku. Kak Jane yang berada di sofa dengan seriusnya melihat tingkah laku adiknya berkata “Si, lo lagi kesurupan ya teriak-teriak tidak jelas”. Kakak buku aku mana?, tadi aku taruh disini kok sekarang malah enggak ada, besok mu ujian nih, trus kue yang aku taruh disini kok ngilang gitu aja pasti kakak yang makan ya,,” muka kak Jane memerah”sembarangan, kamu tuh yang teledor masa naruh buku diatas gelas sich,,tuh dah kakak simpen dilemari, kalo soal kue kamu hmm,,,dimakan kucing kali. Kak”, Jane nyeletuk. Mendengar penjelasan kakaknya kening Osi berkerut berbentuk segitiga siku-siku atau boleh dibilang tampang (hemm????) tapi lucu juga kalo dah diliat kayak anak kecil yang mau minta uang jajan tapi nggak dikasih alias merengut hehehe…

Anak-anak ujian akan kita mulai, mohon tas dan bukunya disimpan dalam laci, ini adalah penentu masa depan kalian nanti. Ini adalah ujian terakhir kalian ibu mohon kalian bekerja dengan teliti dan hati-hati. Ibu diana adalah wali kelas kami, walaupun ia sudah berumur 40 tahun tapi masih kelihatan cantik, sayang sampai sekarang dia tetap menjomblo semenjak ditinggal pergi suaminya. “kalian udah siap khan??. “ siap Buk dengan senyuman yang indah beliau berkata mudah-mudahan kalian lulus semua, berkata sambil menunggu pak pengawas datang. Fiukk...siulan Eren yang khas, dilihat kebelakang ternyata Eren mengerlingkan matanya sambil berkata “Si lo dah bikin contekan belum, bagi donk. Lo kebiasaan dech, gue enggak punya soal contekan, gue udah menghafal jadi enggak perlu lagi soal contekan kayak gitu, gue pengin UAN ini hasil jerih payah gue sendiri. Eren beraksi mendengar kata-kata osi tadi, “ah blagu lo”.

Tiba-tiba pengawas datang, dan kemudian membagikan soal dan yang satu membagikan kertas jawaban, ”anak-anak ibu minta kalian tidak ada yang bermain curang, ujian dapat dimulai dari sekarang”. Suasana sekolahan waktu itu sangat tenang tidak ada hiruk-pikuk seperti biasa semua anak benar-benar serius menghadapi ujian. “Akhirnya ujian selesai juga ya, udah keringat dingin nih” Eren berceletuk. Eren adalah salah satu teman ku yang tomboy, tingkahnya seperti anak laki-laki. Padahal dia kalau dibilang, manis juga apalagi kalo bisa dandan, enggak kayak sekarang. Huff,, setiap orang kan punya karakter masing-masing and privasi masing-masing, jadi enggak usah dipusinginlah, tapi Eren orangnya lucu juga sering buat kami tertawa dengan banyolannya yang khas, semua orang dipanggil prikitiuwww,,,entah apalah artinya.

Akhirnya saat yang kita tunggu-tunggu datang juga. Hari ini hasil ujian akan dikeluarkan dan ini menentukan lulus atau enggaknya. Kepada anak kelas tiga mohon berkumpul dilapangan kita akan pengumumkan hasil ujian UAN.”Wah dah deg-degan nih, lo gmana osi??” sama , gue berkata padahal gue lagi berdoa, si Eren ganggu doa gue aja,,,. Setiap pekerjaan yang sungguh-sungguh akan menghasilkan yang baik juga, begitu juga saat ini, mohon maaf Bapak katakan dari kalian ada beberapa orang yang tidak lulus, Bapak mohon agar kalian bersabar. Dan bagi yang lulus jangan melakukan kegiatan seperti coret-coret baju bagi yang melanggar ijazahnya tidak akan dikembalikan, mengerti kalian. Hasil akan disampaikan oleh wali kelas kalian masing-masing. Dengan mengucapkan salam, Bapak Kepala Sekolah berlalu. Baiklah anak-anak syukur alhamdulillah dalam lokal ini semuanya lulus”. Anak-anak bersorak-sorai. Ibu Diana melemparkan senyumnya.
Ternyata lo hebat juga ya Eren enggak gue sangka orang yang pemalas kayak elo lulus juga. Eren memang anaknya pemalas tapi nggak disangkal dia anak yang cukup pintar, hanya sedikit kurangnya yaitu dia tidak mau menggali bakatnya, padahal di SD dia merupakan satu-satunya perwakilan dari sekolah dalam mengikuti lomba matematika tingkat SD se kota Padang.

Dirumah orang tuaku sudah menunggu kedatanganku, begitu juga dengan kak Jane, kakak yang memberi ku dukungan agar giat dalam belajar. Kak Jane enggak kalah kuatirnya dari Ibu, mondar-mandir menunggu kedatangan ku. Gimana dek lulus khan?? Berapa orang yang lulus, trus besok kamu mau lanjutin kemana?? Kesekolahan kakak yang lama aja, trus si Eren gimana dia lulus nggak??. Dengan mengajukan pertanyaan yang bertubi-tubi aku harus memilah-milah pertanyaan apa yang akan kujawab duluan. Aku lulus kak, mendengar itu Ibu dan kak Jane memelukku erat sampai enggak bisa nafas. Hehe orang tua mana yang tidak bahagia mendengar kelulusan anaknya. Begitu juga kak Jane. Ada dua orang yang tidak lulus karena dia tidak ikut ujian. Oo gitu kak Jane manggut-manggut. Biarlah Jane adekmu memilih sekolahan yang dia inginkan, ibu sih mendukung aja asal kamu giat belajar.

Tiba-tiba Sinta datang. Hai sinta kenapa kamu enggak kesekolahan tadi? Oya kamu lulus tuh, teman-teman kita satu lokal lulus semua, ya aku dah tau tadi si Eren cerita. Ternyata selain dijulukin bu Up To Date, ia dijuluki juga si tukang gosip. Ia suka melebih-lebihkan cerita masalahnya. Kamu lagi enggak ada masalah kan. Enggak kok. Sinta adalah salah satu teman baikku, kemana-mana kami selalu bertiga, orang menyebut kami trio centil hehe,,,. Karena kami memiliki karakter masing-masing. Sinta anaknya agak sensitif terhadap disekelilingnya,, dan dia juga merupakan anak yang berbakat,, apa yang ada, dan apa yang dia lihat selalu dijadikan puisi. Enggak salah lagi lemarinya penuh dengan tumpukan kertas puisi yang dibuatnya dari kecil sampai sekarang,, walaupun aku enggak terlalu suka puisi tapi ada salah satu puisi yang sempat kubaca dari sekian banyak yang menurutku sangat puitis dan menjiwai, puisi itu adalah puisi waktu dia ditinggal sama cowoknya dan enggak kembali sampai sekarang. Memang cowok yang enggak bertanggung jawab. Inih puisinya..

HATIKU HIALNG

Ada yang hilang ketika kau hilang
Hatiku jiwaku,,
Ada yang pergi ketika kau pergi
Senyumku,,,tawaku
Hidupku ikut hilang bersamamu
Cintaku ikut pergi bersamamu
Sementara aku msih disini,,,
Mencoba tetap berdiri
Tanpamu...

Semua tentang teman-temanku tidak akan habis kalau diceritakan disini, semua cerita tentang kita tak akan bisa terhapus begitu saja dalam memoriku, susah senang kami lalui bersama. Ternyata kedatangan Sinta waktu itu adalah untuk berpamitan denganku kalau keluarganya akan pindah ke Jakarta dan sekolah serta menetap disana, dia tidak datang kesekolah tadi disebabkan menolong Ibunya packing barang karena besok pagi dia sudah harus berangkat ke Jakarta. Mendengar hal ini hatiku remuk tidak terasa air mata ini mengalir, kupeluk sahabatku itu, kami menangis bersama, tidak terasa sahabat yang selama ini menemaniku suka dan duka akan pergi meninggalkanku. Sangat banyak kenangan kita yang tidak akan pernah aku lupakan.


Pagi itu adalah hal yang terberat bagiku, pagi yang indah sekaligus mengiris hatiku, sebentar lagi sahabat ku akan pergi yang ku tak tahu kembalinya kapan. aku bangun dari tempat tidur dengan hati yang lemas. Tidak lama lagi aku dan Eren akan mengantar Sinta ke bandara Tradisional Minangkabau. Sesaat kemudian kami berangkat bersama, diatas mobil aku lihat wajah kesedihan dimata Sinta, tapi mau gmana lagi, Ayah Sinta pindah dinas ke Jakarta, karena sinta adalah anak satu-satunya iapun harus ikut.

“Sinta, walaupun kamu udah jauh, kamu jangan lupa sama kami ya”,,Eren berkata dengan nada sedih. Tanpa berkata Sinta memeluk kami erat, tapi waktu jua yang memisahkan kita, pesawat sebentar lagi akan mendarat. Sampai jumpa lagi teman, hanya itu yang bisa diucapkan Sinta denagn melambaikan tangannya ke arah kami. Kami melihat kepergian Sinta dengan hati yang sedih sampai pesawatnya hilang dalam awan.
Tiba-tiba Eren berkata, Oya Si kita makan dulu yuk, udah laper nih, tadi pagi gue enggak sempat sarapan. Ya boleh,,,lalu kami berlalu pergi meninggalkan bandara tersebut. Akhirnya kami sampai disebuah cafe, dan segera memesan makanan buat pengganjal perut. Oya lu kmana nyambung ntar, jadi juga ketempat sekolahan yang lu impikan tu, tanpa ragu-ragu aku berkata “ ya donk, itu sekolah khan memang impian aku sejak dulu “SMK 3 1 i’m coming”. Mendengar perkataanku Eren senyum-senyum sendiri. Kalau lu gmana Ren, jadi kan ikut gue, kita sekolah bareng, tanpa mengurangi paras sedihnya Eren berkata”gue sich mau banget palagi bareng lagi sama lu tapi kayaknya gue enggak bisa ikut lu, gue mu disekolahkan ke pesantren ke Pariaman, dan mungkin kita jarang ketemu, kabarnya anak pesantren diwajibkan mondok disana, tinggal disana. Belum selesai kesedihanku mendengar perkataan dari mulut Eren tiba-tiba gleek,, terasa jantungku mau berhenti. Aku terdiam dan Erenpun terdiam sesaat. Mata kami saling bertatapan. Tatapan yang tidak akan terlukiskan, tatapan kehilangan.

Aku berjalan pulang melewati taman kota, udara yang sejuk berubah jadi pekat, pegunungan yang indah yang slama ini kubanggakan berubah jadi awan hitam yang gelap yang akan segera turun hujan, takdirlah yang mempertemukan umat manusia, juga takdirlah yang memisahkan umat manusia itu sendiri. Tiba saatnya dimana aku harus mengantar sobat kecilku tapi ku tak kuasa, mendengar kepergiannya, hati ini perih sobatku yang lucu, periang tapi kadang-kadang bikin orang kesal, hari ini akan pergi. Tapi ku tak mampu mengantarnya karena aku sakit. Tidak hanya fisikku tapi juga batinku. Masa SMA adalah masa-masa yang kunantikan tentu saja ditemani teman-temanku, tapi harus gimana lagi. Takdir berkata lain.

Pagi yang cerah udara yang sejuk, awal aku menginjakkan kaki di SMK 3 Padang, ya disinilah takdirku. Kan kubuang kesedihan ini, kan kumulai hari-hariku dengan sekolahan baru dan teman-teman yang baru, hidup tak selalu melihat kebelakang tapi kita harus menatap jauh kedepan, karena masa depan telah menunggu kita. Teman khan ku ingat dan kukenang kalian dihatiku, hingga takdir mempertemukan kita kembali.

Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar